BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat
seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang
berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat dan lebih memadai. Filsafat
telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga
membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru
dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai
suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan
patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini saya akan membahas
beberapa masalah, antara lain:
1.
Pengertian, Definisi, Aspek pada
Filsafat
2.
Ciri – ciri kefilsafatan
3.
Pengertian Pengembangan Sumber Daya
Manusia
4.
Peranan Filsafat Ilmu Pengetahuan bagi
Pemgembangan Sumber Daya Manusia
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui pengertian, definisi, aspek
pada Filsafat
2.
Mengetahui ciri – ciri kefilsafatan
3.
Mengetahui pengertian Pengembangan
Sumber Daya Manusia
4.
Mengetahui peranan Filsafat Ilmu
Pengetahuan bagi Pemgembangan Sumber Daya Manusia
BAB II
Pembahasan
2.1
Pengertian Filsafat
Problem
identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah intelektual seringkali
melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan. Hampir dalam
setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan
pengertian yang tidak jarang memunculkan pengertian-pengertian yang beragam.
Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang dan focus
yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan identifikasi . Dan ini
merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir )
memiliki perbedaan dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses
menemukan makna dalam sebuah kajian keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi
acuan bagi pemikir untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran dari
asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut.
Arti bahasa:
Kata
falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan
kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini,
kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau
“ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga dikenal di Indonesia
dalam maknanya yang cukup luas dan sering digunakan oleh semua kalangan..
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan .
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan .
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
Arti istilah :
Sejumlah
literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan
philosophos ialah Pytagoras (592-497
S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan
dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2.
Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan).
Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak
Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.).
Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat
adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya,
unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.
Menurut sejarah
kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang
cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju
dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada
kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat “filsafat tentang” sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan (“episteme”) dan kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat; menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian .
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat “filsafat tentang” sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan (“episteme”) dan kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat; menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian .
Jika
dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal
ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep
pokok yakni persoalan filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak
bersifat empiris, dan menyangkut masalah-masalah asasi. Kemudian Kattsoff
menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1) Filsafat adalah berpikir secara
kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam
bentuknya yang sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu
yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara
rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat mengandung
makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis,
sistematis,tertib,rasional dan komprehensip.
2.2 Definisi Filsafat
Pengertian-pengertian
tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun
karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan
ilmu.
Filsafat ilmu
merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan.
Untuk memahami
arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu
dari beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat
Ilmu.
• Robert Ackerman : Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual.
• Lewis White Beck : Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
• Lewis White Beck : Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
• Cornelius Benjamin : Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya
dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
• Michael V. : Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah.
• May Brodbeck : Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
• Peter Caws :Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang
mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini
membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya
sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan
bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan
pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
• Stephen R. Toulmin : Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan,
metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis,
dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.
Dari paparan pendapat para pakar
dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar
yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) sikap kritis dan evaluatif
terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis berpangkal pada
metode ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis
dan falsafi atas landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan
teori serta tindakan ilmiah
2.3 Ciri – Ciri
Berfikir Kefilsafatan
Berpikir kefilsafatan memiliki karakteristik
tersendiri yang dapat dibedakan dari bidang ilmu lain.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut :
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Radikal artinya
berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang
dipikirkan.
2.
Universal artinya
pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir
kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek keumumannya.
3.
Konseptual artinya
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya :
Apakah seni itu? Apakah keindahan itu?
4.
Koheren dan
konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis.
Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5.
Sistematik artinya
pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6.
Komprehensif artinya
mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.
Bebas artinya
sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan
hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial,
historis, kultural, bahkan religius.
8.
Bertanggungjawab artinya
seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus
bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri.
Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat
cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus menempatkan
kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral terutama ciri ketujuh[1].
2.4 Objek Material dan
Objek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat
memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan. Objek material
adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek
yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat
berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia
yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara
tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap
pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat
diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat,
ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat
pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini
adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus
“kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus
“subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana
arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi
obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut
sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan
gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.
Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam
ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat
dikatakan bahwa Objek formal adalah
sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut
asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar
ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
2.5 Aspek Filsafat
Ada
tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mempelajari Falsafah Ilmu Pengetahuan:
Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi
2.5.1 Pengertian ONTOLOGI
Ontologi
: merupakan hakekat atau dasar dari pengetahuan yang dikaji. Ontologi
adalah salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
1.
yang-ada (being)
2.
kenyataan/realitas (reality)
3.
eksistensi (existence)
4.
esensi (essence)
5.
substansi (substance)
6.
perubahan (change)
7.
tunggal (one)
8.
jamak (many)
2.5.2 Pengertian EPISTOMOLOGI
Epistemologi
merupakan bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar. Epistomologi
meliputi beberapa hal tentang bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan dengan
benar.
1. Apakah
itu pengetahuan?
2. Bagaimana
pengetahuan itu kita dapatkan?
3. Apa
yang orang lain ketahui?
4.
Bagaimana kita tahu apa yang telah kita ketahui?
2.5.3 Pengertian AKSIOLOGI
Aksiologi
merupakan nilai kegunaan dari ilmu itu sendiri. Aksiologi mencakup tentang nilai
guna dari ilmu itu sendiri.
1. Nilai
guna (kegunaan dari suatu ilmu pengetahuan)
2. Etika
(baik buruknya suatu ilmu pengetahuan baik bagi diri sendiri maupun orang lain)
3. Estetika
(melihat kebagusan/kejelekan dari suatu ilmu pengetahuan berdasarkan dari
pengamatan indra)
2.6
Sumber Pengetahuan
2.6.1 Indera
Indera digunakan
untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera
ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata); indera
pendengaran (telinga); indera penciuman (hidung); indera perasa (lidah); dan
indera peraba (kulit).
Tetapi mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera
jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak
sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air
terlihat bengkok, padahal sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih
kecil, padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau
terlalu keras tidak bisa kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita
bermasalah, sedang sakit atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan
indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
2.6.2 Akal
Akal atau rasio
merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni
otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya menangkap
esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal
bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan
kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong,
atau kucing-kucingan.
Akal mengetahui
sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang
inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan
sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh
kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas,
relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat rasional,
logis, atau masuk akal. Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan
lainnya, atau keyakinan bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar, disebut aliran rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis umumnya
mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan
menipu.
2.6.3 Hati atau Intuisi
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi
tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut
otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang
tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang
jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja
tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun
bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita
sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati
pemandangan alam.
Intuisi disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun
pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia
tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya
sudah berpikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah
memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan, lalu ia mengistirahatkan
pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi berkemungkinan
muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional atau suatu
kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah
digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.
Kecenderungan akal untuk selalu melakukan generalisasi
(meng-umumkan) dan spatialisasi (meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan
mengerti keunikan-keunikan dari kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami
pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial, yakni
pengalaman riil manusia seperti yang dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi
akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa cinta, hatilah yang merasakannya. Bagi
akal, satu jam di rutan salemba dan satu jam di pantai carita adalah sama, tapi
bagi orang yang mengalaminya bisa sangat berbeda. Hati juga bisa merasakan
pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan atau makhluk-makhluk gaib
lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.
BAB III
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
3.1 Pengertian
Menurut Hillary Clinton di dalam
bukunya IT TAKERS A VELLAGE (1996)
tak kala ia menyatakan bahwa seorang anak adalah produk orang sekampung.
Pada dasarnya lingkungan adalah sumber daya alam antara manusia dan
lingkungannya terjadi interaksi. Sedangkan menurut Stahri eclmends dan Jhon Lecky dalam Eviron Mental Administration 1993), dalam hubungan itu ada dua yang
penting adalah terjadi silus pendukung kehidupan atau “life support” dan terjadi dampak kegiatan manusia terhadap
lingkungan atau “man’s inpact on
invironment”. Kedua hal ini menjadi beban lingkungan , sehingga pada
suatu saat daya dukung lingkungan terhadap beban itu mendekati ambang batas
menjadi nol.
Semua itu disebabkan karena kemerosotan daya dukung lingkungan
itu. Untuk Indonesia digambarkan secara amat dramatis oleh MT ZENDI dalam bukunya kelesterian lingkungan hidup (1979).
Sumber daya manusia (Human Receuces)
adalah the people who ready, welliang,
and able to contribute to organization goods, demikian Wellian B Werther dan Keith
Davis dalam human resurces and
personal management (1996-596) sudah barang tentu, yang dimaksud dengan
organisasi dalam “organizational goods” bukan saja industri atau perusahaan,
tetapi juga organisasi diberbagai bidang politik pemerintahan, hokum, social
budaya lingkungan dan sebagainya.
Dalam pengembangasn sumber daya manusia ada dua sisi pokok, yaitu sisi
Sumber daya dan sisi manusia, dimensi pokok sisi sumber daya adalah
konstribusinya terhadap organisasi dan lingkungannya, sedangkan sisi pokok
manusia adalah perlakuan lingkungan dan organisasi terhadapnya, yang pada
gilirannya menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya. Hal ini
digambarkan oleh Robert B lake dan Jane
Mouton dalam teori manajemen ((managerial
grid theori, reft, Keith Davis
dan Jhon W. Newstron human Behavior at work, organizational
Behavion 1985, 29).
Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa kualitas manusia dapat merosot
atau menurun yang disebabkan oleh sesuatu kekuatan baik internal maupun
eksternal. Dalam perkembangan dan penemuan ilmu Pengetahuan mempunyai nilai
pembentukan, nilai itu sangat dopengaruhi oleh penggunaan temuan (cration invention) ilmu pengetahuan itu
disebut Tehnologi The brauch of knowledge tahat deals weth industrial arts,
applied science, Ingineering, etg, the application of knowledge for pragtical
ends) sejarah membuktikan bahwa teknologi tidak pernah susut atau surut,
selain semakin pesat perkembangannya juga semakin tinggi dari teknologi alat
sampai pada bioteknologi.
Perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saat ini masih tergantung pada sumber
daya alam seperti mineral, hutan, perkebunan besar, lahan pertanian dan
industri pengelola sumber daya alam. Kemampuan sumber daya alam dengan
peningkatan kebutuhan manusia yang menjadi beban pertumbuhan ekonomi, hal
ini disebabkan kemampuan sumber alam tidak
sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk akibatnya banyak Negara-negara
yang merosot akibat ulahnya sendiri.
Dewasa ini sejumlah Negara-negara
dikawasan dunia ini khidupan Negara yang bersangkutan nyaris tidak memiliki sumber
daya alam. Hal diakibatkan kualitas sumber daya alamnya rendah.
Sumber daya manusia berkualitas tinggi adalah sumber daya manusia yang
mampu menciptakan bukan saja nilai komperatif tetapi juga nilai
kompetitif-generatif-inovatif yang menggunakan energi yang tinggi seperti Integence, Creativity dan Imagination,
tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan,
air, tenaga otot dan sebagainya.
Nilai sumber
daya manusia sepanjang sejarah mengalami beberapa pase perkembangan sebagai
berikut :
1.
Sumber daya manusia sebagai budak,pembudayaan dapat dipahami sebagai perbudakan structural dan perbudakan non
structural, jika dimensi hak dan kewajiban digunakan sebagai parameter sumber
daya manusia, maka dalam kondisi sebagai budak (perbudakan) kewajiban sumber
daya manusia penuh sementara haknya nol.
2.
Sumber daya manusia sebagai beban, Status sumber daya manusia sebagai beban dialami terutama oleh Negara
berkembang atau yang baru saja merdeka dari penjajahan atau bebas dari
perbudakan.
3.
Sumber daya manusia sebagai potensi, kondisi sumber daya manusia
sebagai potensi dialami terutama oleh Negara yang melancarkan program diklat
besar-besaran, Sumber daya manusia potesial memiliki keterampilan dan
keahlian tertentu menumbuhkan lapangan kerja yang sesuai dengan hidupnya.
3.2 Peranan
Filsafat Ilmu dengan pengembangan sumber daya manusia
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena
manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Manusia
mampu mekomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi
informasi tersebut.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan masyarakat
akan menentukan perkembangan kehidupan masyarakat yang bersangkutan, artinya
masyrakat engan ilmu pengetahuan yang masih sederhana tingkat perkembangannya
tidak akan secepat dan sebaik dengan masyarakat yang tingkat perkembangannya
ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang lebih maju. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia ternyata merupakan kekuatan yang
sangat dominant dalam menentukan perkembangan masyarakat.
Kegiatan manusia untuk mengembangkan dirinya dan menemukan pengetahuan yang
benar adalah sesuatu yang mutlak dilakukan karena manusia selalu
berpikir. Namun setiap manusia berbeda cara berpikirnya untuk menemukan
suatu kebanaran yang hakiki. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran
mempunyai apa yang dikatakan criteria kebanaran. Dari criteria kebenaran
ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut, penalaran
merupakan suatu penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penaralaran mempunyai
criteria kebanarannya masing-masing.
Manusia pada hakekatnya nmerupakan mahluk yang berpikir, merasa bersikap dan
bertindak, sikap dan tindakannya bersumber dari pengetahuan yang didapatkan
lewat kegiatan berpikir dan dapat dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini merupakan sember bagi setiap orang atau diri
seseorang.
Dari uraian tesebut diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi cara
bepikir seseorang maka otomatis pengembangan yang ada pada diri seseorang
semakin tinggi pula dengan kata lain peranan ilmu atau filsafat ilmu terrhadap
pemgembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya atau saling
ketergantungan. Karena sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari
pemikiran-pemikiran atau ilmu yang dimiliki manusia.
Manusia mengembangkan pengetahuan, dari
pengetahuannya itu muncul daya pikir bagaimana mengatasi kebutuhan dan
kelangsunga hidup. Jadi potensi yang dimiliki seseorang menjadi penentu
kehidupan pada dirinya. Sehingga peranan filsafat ilmu terhadap pengembangan
sumber daya manusia saling berkaitan satu sama lain.
BAB IV
Kesimpulan
Dalam beberapa ulasan
di atas, dapat saya simpulkan bahwa merupakan cabang dari filsafat yang secara
sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-
konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum
dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.filsafat ilmu pada dasarnya adalah
ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang
kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep
ontologis. ,secara epistemologis dan tinjauan ilmu secara aksiologis.
Selain uraian di atas, bisa
disimpulkan bahwa semakin tinggi cara bepikir
seseorang maka otomatis pengembangan yang ada pada diri seseorang semakin
tinggi pula dengan kata lain peranan ilmu atau filsafat ilmu terrhadap
pemgembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya atau saling
ketergantungan. Karena sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari
pemikiran-pemikiran atau ilmu yang dimiliki manusia.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar